What's New Here?

Advertisement

Advertisement
Jamaah haji pria dan wanita yang membentuk aliran besar putih di Arafah. Sebagian jamaah menuju Arafah menggunakan transportasi, tapi banyak pula yang berjalan kaki.

Suasana Wukuf di Lembah Arafah sungguh sangat mengharukan. Rombongan-rombongan jamaah yang sudah datang sejak semalam tidak pernah meninggalkan aktifitas ibadah. Sejak semalam, tenda-tenda selalu dipenuhi jamaah yang sedang berdzikir dan bertafakkur dengan dipandu oleh masing-masing kiai atau ustadz melalui pengeras suara.

Sementara di luar tenda, di antara sela-sela lorong tenda, trotoar-trotoar dan ruangan-ruangan terbuka atau di bawah-bawah pohon, hampir-hampir tidak ada yang sepi dari jamaah yang sedang berdoa, berdzikir maupun membaca al-Qur`an. Pemandangan seperti ini berlangsung hingga sore hari, Senin (15/11) seperti dilansir Media Center Haji.

Bahkan sejak siang, ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat dan waktu Sholat Dzuhur dimulai, kegiatan ibadah wukuf di Arafah mencapai puncaknya. Tenda-tenda semakin penuh dan ruang-ruang di luar tenda juga semakin padat. Di tenda-tenda jamaah Indonesia, kita dapat melihat suasana yang seragam, semua jamaah tertunduk dalam doa dan kekhuyukan.

Meski tidak ada larangan untuk berdiam atau melakukan ibadah wukuf di dalam tenda, namun beberapa jamaah lebih memilih berdzikir dan bertafakkur di luar tenda. Sejak melaksanakan Sholat Dzuhur, hampir semua jamaah tidak lagi beranjak dari tempatnya masing-masing.

Namun pemandangan ini rupanya tidak berlangsung lebih lama dari waktu Dhuhur. Ketika bayang-bayang mentari telah melebihi benda-benda di atas bumi, dan waktu Sholat Ashar mulai menjelang, pemandangan mendadak berubah. Padang Arafah pun berubah menjadi menjadi lembah yang dipenuhi keharuan oleh hujan tangis.

Dengan dikomando oleh ustadz atau kiainya masing-masing, para jamaah haji di semua tenda hampir serempak berdiri dan bersalam-salaman. Mereka berbaris berjajar dan saling berpelukan dengan mata berkaca-kaca.

Suami-isteri saling berpelukan dan bermaaf-maafan dalam tangis-tangis tertahan. Mereka yang bersahabat dengan teman-temannya juga saling bersalaman dan mulai saling berusaha mencoba memanggil nama baru teman-temannya dengan embel-embel gelar haji di depannya.

Sementara itu sore mulai menjelang, di tenda-tenda petugas, kesibukan telah dimulai. Mereka yang akan bertugas ke Muzdalifah demi malayani para jamaah yang akan mabit (bermalam/menginap) di sana, akan segera berangkat lebih awal sebelum matahari terbenam

Sementara itu, Imam Besar Arab Saudi, Abdul Aziz Al-Asheikh dalam khotbahnya, seperti dilansir arabnews.com, mendesak umat Islam untuk takut kepada Allah baik secara pribadi dan umum. Dia juga mengimbau agar umat Islam mengikuti Sunnah Nabi untuk mencapai sukses dalam hidup.

Dia juga membahas masalah-masalah utama yang dihadapi oleh kaum Muslim di seluruh dunia, di samping menguraikan keyakinan Islam dan perbuatan. Dia menekankan bahwa terorisme harus dibasmi. "Penyebab yang membantu pertumbuhan terorisme harus dihapus dan ketidakadilan yang dihadapi oleh masyarakat tertindas harus dihentikan," katanya.

Dia juga menyoroti masalah kemiskinan, pengangguran, kesehatan yang buruk dan konsekuensi dari bencana alam. Al-Asheikh menyerukan umat Islam untuk tidak membiarkan musuh-musuh mereka untuk menarik mereka ke dalam konflik dan pertumpahan darah yang terletak pada masalah ekonomi. Dia juga mendesak masyarakat Barat untuk mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan yang mereka yakini.

"Kami mendengar tentang meningkatnya pelanggaran terhadap Muslim, imam, dan fitur Islam yang penting,” papar dia. Menurut Dia, praktek-praktek semacam itu tidak membantu mencapai stabilitas dan hanya akan memperburuk situasi dan menyebar permusuhan dan kebencian.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membatalkan jadwal state dinner atau jamuan makan malam kenegaraan bersama Perdana Menteri Australia Julia Gillard pada Selasa (2/11/2010) malam besok. Pasalnya, pada Selasa pukul 14.00, Presiden bertolak ke Yogyakarta untuk mengunjungi korban letusan letusan Gunung Merapi.

Sebelumnya, Presiden juga membatalkan acara jamuan makan malam bersama Presiden Vietnam, Nguyen Minh Triet, pada kunjungan kerjanya ke Hanoi, Vietnam, Minggu lalu. Pembatalan itu dilakukan karena Presiden akan meluangkan waktu untuk memantau perkembangan penanganan dampak letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan gempa bumi yang disusul dengan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Helikopter MI-17 milik TNI AD mendarat di Desa Eruparabuan, Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, untuk menurunkan bantuan logistik, Senin (1/11/2010). Proses distribusi bantuan korban gempa dan tsunami masih dipusatkan melalui jalur udara dan laut, sementara jalur darat belum dioptimalkan.
 Gubernur Bengkulu, Agusrin M Najjamudin, mengiformasikan belum dilakukannya evakuasi kesehatan korban tsunami Mentawai berikutnya karena helikopter MI 17 tidak mampu membawa semua keluarga korban.

"Satu korban keluarganya bisa mencapai 10 orang, jadi untuk dibawa ke Mukomuko, helikopter tidak mampu membawa semua keluarga korban itu sehingga sampai sekarang korban belum ada yang dirujuk di daerah ini," kata Agusrin, Senin (1/11/2010).

Ia mengatakan, masih banyak korban yang membutuhkan pertolongan di Sikakap tetapi keluarga korban tidak bisa melepaskan korban yang dibawa ke daerah ini.

"Saat kami berada di Sikakap, keluarga bersedia melepaskan korban tetapi semua keluarganya ingin ikut," katanya.

Helikopter MI 17 terbatas membawa muatan dengan jumlah banyak sementara yang diutamakan untuk dirawat korban yang terkena musibah.

"Kalau hanya korban dan satu keluarga saja yang menemani kemungkinan bisa dibawa tetapi keluarganya banyak yang ingin ikut," urainya.

Sementara itu faktor cuaca dan keterbatasan Avtur di lokasi bencana menjadi kendala untuk membawa keluar korban dari Sikakap.

"Cuaca saat ini tidak bisa ditebak karena di lokasi bencana cuacanya sangat buruk sehingga helikopter tidak bisa melakukan penerbangan," urainya.

Ia menyebutkan bahwa Helikopter milik TNI Angkatan Udara saat ini masih berada di Mantawai akibat avtur tidak ada untuk terbang.

"Kita berharap cuaca tidak menjadi kendala dalam melakukan evakuasi korban yang akan dibawa ke daerah ini," katanya.
Gunung Merapi kembali mengeluarkan semburan awan panas yang dahsyat, Senin (1/11/2010) sekitar pukul 10.00 WIB. Volume awan panas yang dikeluarkan kali ini terlihat sangat besar dibandingkan dengan  letusan-letusan sebelumnya.
Sejak menunjukkan peningkatan aktivitasnya, Merapi telah beberapa kali meletus dalam beberapa hari terakhir. Letusan dahsyat pertama kali terjadi Selasa (26/10/2010) petang. Letusan dahsyat kedua terjadi Sabtu (30/10/2010) dini hari dan pagi ini adalah letusan eksplosif ketiga.

Di antara letusan-letusan eksplosif tersebut, Merapi juga beberapa kali mengelurkan awan panas atau biasa disebut masyarakat setempat dengan wedhus gembel.

gumpalan abu vulkanik masih tampak menyelimuti Merapi cukup lama dan masih terlihat tebal hingga 30 menit setelah letusan. Letusan ini terlihat jelas dari Kota Yogyakarta dan menjadi perhatian warga yang berduyun-duyun keluar untuk menonton.

Kepala Badan Geologi Sukhyar di Yogyakarta, seperti dilansir Antara, mengatakan, kondisi angin saat letusan Merapi tersebut berlangsung sedang mengarah ke timur sehingga daerah yang dimungkinkan terkena paparan abu vulkanik yaitu Klaten dan Boyolali. Sukhyar juga mengatakan bahwa material hasil letusan Gunung Merapi berupa kerikil dan debu tersebut bukan awan panas.

Awan panas sendiri yang terlihat mengawali letusan menuruni lereng dengan jarak sekitar 4 kilometer ke arah Kali Gendol. Setelah awan panas inilah terlihat letusan eksplosif setinggi sekitar 1,5 kilometer.
2012 Daily v2-0. All Rights Reserved.
Designed by Theme Junkie, Converted by Uong Jowo