Advertisement

Jamaah haji pria dan wanita yang membentuk aliran besar putih di Arafah. Sebagian jamaah menuju Arafah menggunakan transportasi, tapi banyak pula yang berjalan kaki.
Suasana Wukuf di Lembah Arafah sungguh sangat mengharukan. Rombongan-rombongan jamaah yang sudah datang sejak semalam tidak pernah meninggalkan aktifitas ibadah. Sejak semalam, tenda-tenda selalu dipenuhi jamaah yang sedang berdzikir dan bertafakkur dengan dipandu oleh masing-masing kiai atau ustadz melalui pengeras suara.
Sementara di luar tenda, di antara sela-sela lorong tenda, trotoar-trotoar dan ruangan-ruangan terbuka atau di bawah-bawah pohon, hampir-hampir tidak ada yang sepi dari jamaah yang sedang berdoa, berdzikir maupun membaca al-Qur`an. Pemandangan seperti ini berlangsung hingga sore hari, Senin (15/11) seperti dilansir Media Center Haji.
Bahkan sejak siang, ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat dan waktu Sholat Dzuhur dimulai, kegiatan ibadah wukuf di Arafah mencapai puncaknya. Tenda-tenda semakin penuh dan ruang-ruang di luar tenda juga semakin padat. Di tenda-tenda jamaah Indonesia, kita dapat melihat suasana yang seragam, semua jamaah tertunduk dalam doa dan kekhuyukan.
Meski tidak ada larangan untuk berdiam atau melakukan ibadah wukuf di dalam tenda, namun beberapa jamaah lebih memilih berdzikir dan bertafakkur di luar tenda. Sejak melaksanakan Sholat Dzuhur, hampir semua jamaah tidak lagi beranjak dari tempatnya masing-masing.
Namun pemandangan ini rupanya tidak berlangsung lebih lama dari waktu Dhuhur. Ketika bayang-bayang mentari telah melebihi benda-benda di atas bumi, dan waktu Sholat Ashar mulai menjelang, pemandangan mendadak berubah. Padang Arafah pun berubah menjadi menjadi lembah yang dipenuhi keharuan oleh hujan tangis.
Dengan dikomando oleh ustadz atau kiainya masing-masing, para jamaah haji di semua tenda hampir serempak berdiri dan bersalam-salaman. Mereka berbaris berjajar dan saling berpelukan dengan mata berkaca-kaca.
Suami-isteri saling berpelukan dan bermaaf-maafan dalam tangis-tangis tertahan. Mereka yang bersahabat dengan teman-temannya juga saling bersalaman dan mulai saling berusaha mencoba memanggil nama baru teman-temannya dengan embel-embel gelar haji di depannya.
Sementara itu sore mulai menjelang, di tenda-tenda petugas, kesibukan telah dimulai. Mereka yang akan bertugas ke Muzdalifah demi malayani para jamaah yang akan mabit (bermalam/menginap) di sana, akan segera berangkat lebih awal sebelum matahari terbenam
Sementara itu, Imam Besar Arab Saudi, Abdul Aziz Al-Asheikh dalam khotbahnya, seperti dilansir arabnews.com, mendesak umat Islam untuk takut kepada Allah baik secara pribadi dan umum. Dia juga mengimbau agar umat Islam mengikuti Sunnah Nabi untuk mencapai sukses dalam hidup.
Dia juga membahas masalah-masalah utama yang dihadapi oleh kaum Muslim di seluruh dunia, di samping menguraikan keyakinan Islam dan perbuatan. Dia menekankan bahwa terorisme harus dibasmi. "Penyebab yang membantu pertumbuhan terorisme harus dihapus dan ketidakadilan yang dihadapi oleh masyarakat tertindas harus dihentikan," katanya.
Dia juga menyoroti masalah kemiskinan, pengangguran, kesehatan yang buruk dan konsekuensi dari bencana alam. Al-Asheikh menyerukan umat Islam untuk tidak membiarkan musuh-musuh mereka untuk menarik mereka ke dalam konflik dan pertumpahan darah yang terletak pada masalah ekonomi. Dia juga mendesak masyarakat Barat untuk mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan yang mereka yakini.
"Kami mendengar tentang meningkatnya pelanggaran terhadap Muslim, imam, dan fitur Islam yang penting,” papar dia. Menurut Dia, praktek-praktek semacam itu tidak membantu mencapai stabilitas dan hanya akan memperburuk situasi dan menyebar permusuhan dan kebencian.
Suasana Wukuf di Lembah Arafah sungguh sangat mengharukan. Rombongan-rombongan jamaah yang sudah datang sejak semalam tidak pernah meninggalkan aktifitas ibadah. Sejak semalam, tenda-tenda selalu dipenuhi jamaah yang sedang berdzikir dan bertafakkur dengan dipandu oleh masing-masing kiai atau ustadz melalui pengeras suara.
Sementara di luar tenda, di antara sela-sela lorong tenda, trotoar-trotoar dan ruangan-ruangan terbuka atau di bawah-bawah pohon, hampir-hampir tidak ada yang sepi dari jamaah yang sedang berdoa, berdzikir maupun membaca al-Qur`an. Pemandangan seperti ini berlangsung hingga sore hari, Senin (15/11) seperti dilansir Media Center Haji.
Bahkan sejak siang, ketika matahari mulai tergelincir ke arah barat dan waktu Sholat Dzuhur dimulai, kegiatan ibadah wukuf di Arafah mencapai puncaknya. Tenda-tenda semakin penuh dan ruang-ruang di luar tenda juga semakin padat. Di tenda-tenda jamaah Indonesia, kita dapat melihat suasana yang seragam, semua jamaah tertunduk dalam doa dan kekhuyukan.
Meski tidak ada larangan untuk berdiam atau melakukan ibadah wukuf di dalam tenda, namun beberapa jamaah lebih memilih berdzikir dan bertafakkur di luar tenda. Sejak melaksanakan Sholat Dzuhur, hampir semua jamaah tidak lagi beranjak dari tempatnya masing-masing.
Namun pemandangan ini rupanya tidak berlangsung lebih lama dari waktu Dhuhur. Ketika bayang-bayang mentari telah melebihi benda-benda di atas bumi, dan waktu Sholat Ashar mulai menjelang, pemandangan mendadak berubah. Padang Arafah pun berubah menjadi menjadi lembah yang dipenuhi keharuan oleh hujan tangis.
Dengan dikomando oleh ustadz atau kiainya masing-masing, para jamaah haji di semua tenda hampir serempak berdiri dan bersalam-salaman. Mereka berbaris berjajar dan saling berpelukan dengan mata berkaca-kaca.
Suami-isteri saling berpelukan dan bermaaf-maafan dalam tangis-tangis tertahan. Mereka yang bersahabat dengan teman-temannya juga saling bersalaman dan mulai saling berusaha mencoba memanggil nama baru teman-temannya dengan embel-embel gelar haji di depannya.
Sementara itu sore mulai menjelang, di tenda-tenda petugas, kesibukan telah dimulai. Mereka yang akan bertugas ke Muzdalifah demi malayani para jamaah yang akan mabit (bermalam/menginap) di sana, akan segera berangkat lebih awal sebelum matahari terbenam
Sementara itu, Imam Besar Arab Saudi, Abdul Aziz Al-Asheikh dalam khotbahnya, seperti dilansir arabnews.com, mendesak umat Islam untuk takut kepada Allah baik secara pribadi dan umum. Dia juga mengimbau agar umat Islam mengikuti Sunnah Nabi untuk mencapai sukses dalam hidup.
Dia juga membahas masalah-masalah utama yang dihadapi oleh kaum Muslim di seluruh dunia, di samping menguraikan keyakinan Islam dan perbuatan. Dia menekankan bahwa terorisme harus dibasmi. "Penyebab yang membantu pertumbuhan terorisme harus dihapus dan ketidakadilan yang dihadapi oleh masyarakat tertindas harus dihentikan," katanya.
Dia juga menyoroti masalah kemiskinan, pengangguran, kesehatan yang buruk dan konsekuensi dari bencana alam. Al-Asheikh menyerukan umat Islam untuk tidak membiarkan musuh-musuh mereka untuk menarik mereka ke dalam konflik dan pertumpahan darah yang terletak pada masalah ekonomi. Dia juga mendesak masyarakat Barat untuk mematuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan yang mereka yakini.
"Kami mendengar tentang meningkatnya pelanggaran terhadap Muslim, imam, dan fitur Islam yang penting,” papar dia. Menurut Dia, praktek-praktek semacam itu tidak membantu mencapai stabilitas dan hanya akan memperburuk situasi dan menyebar permusuhan dan kebencian.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membatalkan jadwal state dinner atau jamuan makan malam kenegaraan bersama Perdana Menteri Australia Julia Gillard pada Selasa (2/11/2010) malam besok. Pasalnya, pada Selasa pukul 14.00, Presiden bertolak ke Yogyakarta untuk mengunjungi korban letusan letusan Gunung Merapi.
Sebelumnya, Presiden juga membatalkan acara jamuan makan malam bersama Presiden Vietnam, Nguyen Minh Triet, pada kunjungan kerjanya ke Hanoi, Vietnam, Minggu lalu. Pembatalan itu dilakukan karena Presiden akan meluangkan waktu untuk memantau perkembangan penanganan dampak letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan gempa bumi yang disusul dengan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Sebelumnya, Presiden juga membatalkan acara jamuan makan malam bersama Presiden Vietnam, Nguyen Minh Triet, pada kunjungan kerjanya ke Hanoi, Vietnam, Minggu lalu. Pembatalan itu dilakukan karena Presiden akan meluangkan waktu untuk memantau perkembangan penanganan dampak letusan Gunung Merapi di Yogyakarta dan gempa bumi yang disusul dengan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Helikopter MI-17 milik TNI AD mendarat di Desa Eruparabuan, Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, untuk menurunkan bantuan logistik, Senin (1/11/2010). Proses distribusi bantuan korban gempa dan tsunami masih dipusatkan melalui jalur udara dan laut, sementara jalur darat belum dioptimalkan.
Gubernur Bengkulu, Agusrin M Najjamudin, mengiformasikan belum dilakukannya evakuasi kesehatan korban tsunami Mentawai berikutnya karena helikopter MI 17 tidak mampu membawa semua keluarga korban.
"Satu korban keluarganya bisa mencapai 10 orang, jadi untuk dibawa ke Mukomuko, helikopter tidak mampu membawa semua keluarga korban itu sehingga sampai sekarang korban belum ada yang dirujuk di daerah ini," kata Agusrin, Senin (1/11/2010).
Ia mengatakan, masih banyak korban yang membutuhkan pertolongan di Sikakap tetapi keluarga korban tidak bisa melepaskan korban yang dibawa ke daerah ini.
"Saat kami berada di Sikakap, keluarga bersedia melepaskan korban tetapi semua keluarganya ingin ikut," katanya.
Helikopter MI 17 terbatas membawa muatan dengan jumlah banyak sementara yang diutamakan untuk dirawat korban yang terkena musibah.
"Kalau hanya korban dan satu keluarga saja yang menemani kemungkinan bisa dibawa tetapi keluarganya banyak yang ingin ikut," urainya.
Sementara itu faktor cuaca dan keterbatasan Avtur di lokasi bencana menjadi kendala untuk membawa keluar korban dari Sikakap.
"Cuaca saat ini tidak bisa ditebak karena di lokasi bencana cuacanya sangat buruk sehingga helikopter tidak bisa melakukan penerbangan," urainya.
Ia menyebutkan bahwa Helikopter milik TNI Angkatan Udara saat ini masih berada di Mantawai akibat avtur tidak ada untuk terbang.
"Kita berharap cuaca tidak menjadi kendala dalam melakukan evakuasi korban yang akan dibawa ke daerah ini," katanya.
Gubernur Bengkulu, Agusrin M Najjamudin, mengiformasikan belum dilakukannya evakuasi kesehatan korban tsunami Mentawai berikutnya karena helikopter MI 17 tidak mampu membawa semua keluarga korban.
"Satu korban keluarganya bisa mencapai 10 orang, jadi untuk dibawa ke Mukomuko, helikopter tidak mampu membawa semua keluarga korban itu sehingga sampai sekarang korban belum ada yang dirujuk di daerah ini," kata Agusrin, Senin (1/11/2010).
Ia mengatakan, masih banyak korban yang membutuhkan pertolongan di Sikakap tetapi keluarga korban tidak bisa melepaskan korban yang dibawa ke daerah ini.
"Saat kami berada di Sikakap, keluarga bersedia melepaskan korban tetapi semua keluarganya ingin ikut," katanya.
Helikopter MI 17 terbatas membawa muatan dengan jumlah banyak sementara yang diutamakan untuk dirawat korban yang terkena musibah.
"Kalau hanya korban dan satu keluarga saja yang menemani kemungkinan bisa dibawa tetapi keluarganya banyak yang ingin ikut," urainya.
Sementara itu faktor cuaca dan keterbatasan Avtur di lokasi bencana menjadi kendala untuk membawa keluar korban dari Sikakap.
"Cuaca saat ini tidak bisa ditebak karena di lokasi bencana cuacanya sangat buruk sehingga helikopter tidak bisa melakukan penerbangan," urainya.
Ia menyebutkan bahwa Helikopter milik TNI Angkatan Udara saat ini masih berada di Mantawai akibat avtur tidak ada untuk terbang.
"Kita berharap cuaca tidak menjadi kendala dalam melakukan evakuasi korban yang akan dibawa ke daerah ini," katanya.
Gunung Merapi kembali mengeluarkan semburan awan panas yang dahsyat, Senin (1/11/2010) sekitar pukul 10.00 WIB. Volume awan panas yang dikeluarkan kali ini terlihat sangat besar dibandingkan dengan letusan-letusan sebelumnya.
Sejak menunjukkan peningkatan aktivitasnya, Merapi telah beberapa kali meletus dalam beberapa hari terakhir. Letusan dahsyat pertama kali terjadi Selasa (26/10/2010) petang. Letusan dahsyat kedua terjadi Sabtu (30/10/2010) dini hari dan pagi ini adalah letusan eksplosif ketiga.
Di antara letusan-letusan eksplosif tersebut, Merapi juga beberapa kali mengelurkan awan panas atau biasa disebut masyarakat setempat dengan wedhus gembel.
gumpalan abu vulkanik masih tampak menyelimuti Merapi cukup lama dan masih terlihat tebal hingga 30 menit setelah letusan. Letusan ini terlihat jelas dari Kota Yogyakarta dan menjadi perhatian warga yang berduyun-duyun keluar untuk menonton.
Kepala Badan Geologi Sukhyar di Yogyakarta, seperti dilansir Antara, mengatakan, kondisi angin saat letusan Merapi tersebut berlangsung sedang mengarah ke timur sehingga daerah yang dimungkinkan terkena paparan abu vulkanik yaitu Klaten dan Boyolali. Sukhyar juga mengatakan bahwa material hasil letusan Gunung Merapi berupa kerikil dan debu tersebut bukan awan panas.
Awan panas sendiri yang terlihat mengawali letusan menuruni lereng dengan jarak sekitar 4 kilometer ke arah Kali Gendol. Setelah awan panas inilah terlihat letusan eksplosif setinggi sekitar 1,5 kilometer.
Sejak menunjukkan peningkatan aktivitasnya, Merapi telah beberapa kali meletus dalam beberapa hari terakhir. Letusan dahsyat pertama kali terjadi Selasa (26/10/2010) petang. Letusan dahsyat kedua terjadi Sabtu (30/10/2010) dini hari dan pagi ini adalah letusan eksplosif ketiga.
Di antara letusan-letusan eksplosif tersebut, Merapi juga beberapa kali mengelurkan awan panas atau biasa disebut masyarakat setempat dengan wedhus gembel.
gumpalan abu vulkanik masih tampak menyelimuti Merapi cukup lama dan masih terlihat tebal hingga 30 menit setelah letusan. Letusan ini terlihat jelas dari Kota Yogyakarta dan menjadi perhatian warga yang berduyun-duyun keluar untuk menonton.
Kepala Badan Geologi Sukhyar di Yogyakarta, seperti dilansir Antara, mengatakan, kondisi angin saat letusan Merapi tersebut berlangsung sedang mengarah ke timur sehingga daerah yang dimungkinkan terkena paparan abu vulkanik yaitu Klaten dan Boyolali. Sukhyar juga mengatakan bahwa material hasil letusan Gunung Merapi berupa kerikil dan debu tersebut bukan awan panas.
Awan panas sendiri yang terlihat mengawali letusan menuruni lereng dengan jarak sekitar 4 kilometer ke arah Kali Gendol. Setelah awan panas inilah terlihat letusan eksplosif setinggi sekitar 1,5 kilometer.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Kepahiang, Bengkulu, mencatat terjadi 95 kali gempa susulan pascagempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10/2010) malam.
Pusat gempa berada pada 3,61 Lintang Selatan-99,93 Bujur Timur dan berkedalaman 10 kilometer serta berlokasi di 78 km barat daya Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera barat.Getaran gempa cukup kuat dirasakan sejumlah warga di Kota Padang dan membuat sebagian warga memilih untuk menyelamatkan diri ke luar rumah. Gempa susulan 6,2 SR yang terjadi sekitar pukul 02.37 membuat cemas warga Bengkulu karena getarannya terasa cukup kuat.
Dua desa di Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, diterjang gelombang tsunami pascagempa 7,2 skala Richter yang melanda daerah itu, Senin (25/10/2010) malam pukul 21.42 WIB. Ketua Badan Penanggulangan Bencana Wilayah Kecamatan Pagai Selatan Joskamatir, Selasa, mengatakan, dua desa tersebut adalah Desa Malakopak dan Desa Sinakak.
Lima menit pascagempa air laut langsung pasang dan merendam sejumlah rumah di dua desa tersebut
Sedikitnya 200 rumah di dua desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tersapu gelombang tsunami sesaat setelah gempa 7, 2 skala Richter menguncang wilayah tersebut, Senin (25/10/2010) sekitar pukul 21.42.
Ratusan rumah warga di dua desa tersebut hanyut tersapu tsunami yang datang tak lama setelah gempa terjadi. Informasi di lapangan menunjukkan bahwa rumah warga yang hanyut tersebut disapu gelombang tsunami yang ketinggiannya diperkirakan mencapai dua meter lebih.
Seperti apa perkembangan yang terjadi di Mentawai saat ini, hal itu belum dapat digambarkan secara detail karena telepon seluler sejumlah pihak dan warga tidak dapat tersambung ketika coba dihubungi. Jaringan telepon diduga terputus akibat gempa yang diduga memorak-porandakan infrastruktur di wilayah tersebut.
Selain menghanyutkan ratusan rumah, dua kapal asing jenis yatch yang berlayar di sekitar perairan Kepulauan Mentawai tabrakan dan mengakibatkan dua orang tenggelam. Kapal itu kini masih dalam pencarian pihak terkait.
Sebagian warga juga memilih bertahan di tempat pengungsian seperti di sekolah, di gereja, di mushala dan tenda-tenda yang telah mereka siapkan pada 2009 sebagai tempat pengungsian jika terjadi tsunami. “Warga juga ada yang bertahan di perbukitan setinggi 40 meter,” katanya.
Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang Sumatera Barat Senin malam berpusat pada 3.61 Lintang Selatan- 99.93 Bujur Timur dan berkedalaman 10 kilometer. Gempa berlokasi pada 78 kilometer Barat Daya Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera Barat.
Palang Merah Indonesia (PMI) mengirimkan tim ke Mentawai, Sumatera Barat untuk membantu penanganan korban bencana gempa dan tsunami. Menurut staf Divisi Penanggulangan Bencana Markas Pusat PMI, Achmad Djaelani, dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Selasa (26/10/2010), pihaknya juga mtelah mengirimkan ambulans ke sana.
Pusat gempa berada pada 3,61 Lintang Selatan-99,93 Bujur Timur dan berkedalaman 10 kilometer serta berlokasi di 78 km barat daya Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera barat.Getaran gempa cukup kuat dirasakan sejumlah warga di Kota Padang dan membuat sebagian warga memilih untuk menyelamatkan diri ke luar rumah. Gempa susulan 6,2 SR yang terjadi sekitar pukul 02.37 membuat cemas warga Bengkulu karena getarannya terasa cukup kuat.
Dua desa di Kecamatan Pagai Selatan, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, diterjang gelombang tsunami pascagempa 7,2 skala Richter yang melanda daerah itu, Senin (25/10/2010) malam pukul 21.42 WIB. Ketua Badan Penanggulangan Bencana Wilayah Kecamatan Pagai Selatan Joskamatir, Selasa, mengatakan, dua desa tersebut adalah Desa Malakopak dan Desa Sinakak.
Lima menit pascagempa air laut langsung pasang dan merendam sejumlah rumah di dua desa tersebut
Sedikitnya 200 rumah di dua desa di Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, tersapu gelombang tsunami sesaat setelah gempa 7, 2 skala Richter menguncang wilayah tersebut, Senin (25/10/2010) sekitar pukul 21.42.
Ratusan rumah warga di dua desa tersebut hanyut tersapu tsunami yang datang tak lama setelah gempa terjadi. Informasi di lapangan menunjukkan bahwa rumah warga yang hanyut tersebut disapu gelombang tsunami yang ketinggiannya diperkirakan mencapai dua meter lebih.
Seperti apa perkembangan yang terjadi di Mentawai saat ini, hal itu belum dapat digambarkan secara detail karena telepon seluler sejumlah pihak dan warga tidak dapat tersambung ketika coba dihubungi. Jaringan telepon diduga terputus akibat gempa yang diduga memorak-porandakan infrastruktur di wilayah tersebut.
Selain menghanyutkan ratusan rumah, dua kapal asing jenis yatch yang berlayar di sekitar perairan Kepulauan Mentawai tabrakan dan mengakibatkan dua orang tenggelam. Kapal itu kini masih dalam pencarian pihak terkait.
Sebagian warga juga memilih bertahan di tempat pengungsian seperti di sekolah, di gereja, di mushala dan tenda-tenda yang telah mereka siapkan pada 2009 sebagai tempat pengungsian jika terjadi tsunami. “Warga juga ada yang bertahan di perbukitan setinggi 40 meter,” katanya.
Gempa berkekuatan 7,2 skala Richter yang mengguncang Sumatera Barat Senin malam berpusat pada 3.61 Lintang Selatan- 99.93 Bujur Timur dan berkedalaman 10 kilometer. Gempa berlokasi pada 78 kilometer Barat Daya Pagai Selatan, Mentawai, Sumatera Barat.
Palang Merah Indonesia (PMI) mengirimkan tim ke Mentawai, Sumatera Barat untuk membantu penanganan korban bencana gempa dan tsunami. Menurut staf Divisi Penanggulangan Bencana Markas Pusat PMI, Achmad Djaelani, dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Selasa (26/10/2010), pihaknya juga mtelah mengirimkan ambulans ke sana.
Gunung Merapi meletus pukul 17.02 WIB, Selasa (26/10/2010). Semburan awan panas mencapai ketinggian 1,5 kilometer. Dan kini, warga di sekitar lereng Merapi sedang dilakukan proses evakuasi untuk menghindari hujan abu yang panas. Laporan warga yang berada di lereng selatan, sempat terdengar suara letusan. Warga selanjutnya hanya bisa melihat asap tebal hitam sangat tinggi.
Saat ini proses evakuasi terus berjalan. Hujan abu hingga pukul 20.00 WIB terus terjadi. Hujan abu melebihi batas aman bencana yakni 10 kilometer. Bahkan, masyarakat yang berada lebih dari 20 kilometer hingga kini juga mengalami hujan abu.
Saat ini proses evakuasi terus berjalan. Hujan abu hingga pukul 20.00 WIB terus terjadi. Hujan abu melebihi batas aman bencana yakni 10 kilometer. Bahkan, masyarakat yang berada lebih dari 20 kilometer hingga kini juga mengalami hujan abu.
Gunung Merapi (pada gambar) mengepulkan asap solfatara sebagaimana terekam dari Dusun Kali Tengah Lor, Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (24/10).
Seorang bayi berusia 3 bulan, meninggal karena mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan gunung Merapi di Yogyakarta.
Setelah dinyatakan berstatus “Awas” sejak Senin kemarin, Gunung Merapi akhirnya memulai fase erupsi, Selasa (26/10/2010) sore. Luncuran awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel, terjadi hingga empat kali.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), menyebutkan awan panas pertama terjadi pada pukul 17.02 dan lebih mengarah ke barat.
Gunung Merapi mulai meluncurkan awan panas ke arah timur ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, setelah mengalami peningkatan intensitas guguran material bebatuan sejak Selasa (26/10/2010) sore.
Luncuran kedua terjadi pada pukul 17.19, 17.24, dan 17.34. Namun, pantauan luncuran-luncuran berikut itu tidak bisa terpantau karena terhalang kabut tebal dan diduga tersebar ke segala arah. Hingga pukul 18.33, awan panas terus meluncur dan alat seismograf di kantor BPPTK masih terus mencatat pergerakan awan panas.
BPPTK pun memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.
Semua warga dievakuasi secara mandiri menggunakan armada angkutan dari Tim Siaga Desa Sidorejo karena armada evakuasi dari Pemerintah Kabupaten Klaten belum sampai di lokasi.
Wilayah Desa Ngipiksari, Kabupaten Sleman, di lereng selatan Merapi kini dipenuhi abu vulkanik. Hujan abu sangat deras. Begitu juga di Desa Samburejo. Sebagian warga masih tertinggal menunggu evakuasi.
Hujan abu juga jatuh di Kinahrejo, dan dilaporkan mencapai Balerante di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Sebagian warga yang masih bertahan kini sedang dalam proses evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Sementara warga di Jrakah, Magelang, melaporkan melihat ada warna merah di puncak Merapi pada pukul 18.30 WIB. Jika itu betul, ini merupakan api pertama yang muncul dari perut Merapi sejak levelnya naik jadi Awas.
Guguran dan luncuran material vulkanik dari puncak gunung Merapi memang terus termonitor hingga Selasa (26/10/2010) petang. Jumlahnya mencapai ratusan kali.
Kepanikan terjadi ketika dari arah puncak meluncur gumpalan pekat bergulung-gulung ke arah wilayah Samburejo dan Kinahrejo, atau ke arah kediaman Mbah Maridjan.
Pengendara sepeda motor memacu kendaraannya sembari terus-menerus membunyikan klakson. Begitu juga mobil roda empat yang tadinya bersiaga di titik kumpul pertigaan Kinahrejo dan wilayah-wilayah tertinggi di lerenpiksarig selatan.
Seorang bayi berusia 3 bulan, meninggal karena mengalami sesak napas akibat debu vulkanik letusan gunung Merapi di Yogyakarta.
Setelah dinyatakan berstatus “Awas” sejak Senin kemarin, Gunung Merapi akhirnya memulai fase erupsi, Selasa (26/10/2010) sore. Luncuran awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel, terjadi hingga empat kali.
Data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), menyebutkan awan panas pertama terjadi pada pukul 17.02 dan lebih mengarah ke barat.
Gunung Merapi mulai meluncurkan awan panas ke arah timur ke Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, setelah mengalami peningkatan intensitas guguran material bebatuan sejak Selasa (26/10/2010) sore.
Luncuran kedua terjadi pada pukul 17.19, 17.24, dan 17.34. Namun, pantauan luncuran-luncuran berikut itu tidak bisa terpantau karena terhalang kabut tebal dan diduga tersebar ke segala arah. Hingga pukul 18.33, awan panas terus meluncur dan alat seismograf di kantor BPPTK masih terus mencatat pergerakan awan panas.
BPPTK pun memerintahkan seluruh petugas di lima pos pemantau gunung Merapi untuk turun dan mengevakuasi diri pada pukul 18.05. Pada saat bersamaan, terdengar 3 kali letusan besar dari pos Jrakah dan Selo di Magelang.
Semua warga dievakuasi secara mandiri menggunakan armada angkutan dari Tim Siaga Desa Sidorejo karena armada evakuasi dari Pemerintah Kabupaten Klaten belum sampai di lokasi.
Wilayah Desa Ngipiksari, Kabupaten Sleman, di lereng selatan Merapi kini dipenuhi abu vulkanik. Hujan abu sangat deras. Begitu juga di Desa Samburejo. Sebagian warga masih tertinggal menunggu evakuasi.
Hujan abu juga jatuh di Kinahrejo, dan dilaporkan mencapai Balerante di Kecamatan Kemalang, Klaten, Jawa Tengah. Sebagian warga yang masih bertahan kini sedang dalam proses evakuasi ke lokasi yang lebih aman.
Sementara warga di Jrakah, Magelang, melaporkan melihat ada warna merah di puncak Merapi pada pukul 18.30 WIB. Jika itu betul, ini merupakan api pertama yang muncul dari perut Merapi sejak levelnya naik jadi Awas.
Guguran dan luncuran material vulkanik dari puncak gunung Merapi memang terus termonitor hingga Selasa (26/10/2010) petang. Jumlahnya mencapai ratusan kali.
Kepanikan terjadi ketika dari arah puncak meluncur gumpalan pekat bergulung-gulung ke arah wilayah Samburejo dan Kinahrejo, atau ke arah kediaman Mbah Maridjan.
Pengendara sepeda motor memacu kendaraannya sembari terus-menerus membunyikan klakson. Begitu juga mobil roda empat yang tadinya bersiaga di titik kumpul pertigaan Kinahrejo dan wilayah-wilayah tertinggi di lerenpiksarig selatan.
Recent Comments